Memetik Nilai Pengorbanan dari Seekor Penguin

Kasih sayang dan pengorbanan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya memiliki peran yang bernilai tinggi dalam kehidupan manusia, karena sesungguhnya kasih sayang yang dilandasi pengorbanan akan memunculkan nilai keikhlasan yang hakiki. Dalam sejarah Islam, Allah telah memberikan banyak teladan, salah satunya melalui Nabi Ibrahim yang kasih sayang dan pengorbanan beliau begitu tulus bagi putranya. Meski demikian, jauh di luar pandangan manusia, rupanya Allah telah mengilhamkan rasa kasih sayang dan pengorbanan tersebut kepada seekor hewan yang hidup di bumi Antartika sana.

Kutub Selatan, daerah terdingin di dunia yang mengalami musim dingin selama enam bulan. Daerah ini menjadi habitat para penguin, induk paling setia di dunia. Di mana curahan kasih sayang dan pengorbanan kepada anaknya begitu nyata dari makhluk berdarah panas ini. Tentu miris rasanya bila kita sebagai manusia, makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, masih ada yang sengaja menelantarkan anak-anaknya, bahkan tega membunuh janin mereka yang tak berdosa. Sejenak, mari kita petik hikmah dari perjalanan hidup penguin dengan segenap behaviornya ini. Harun Yahya seorang cendekiawan dan saintis muslim pernah menyatakan: kebanyakan dari pencetus teori evolusi menganggap bahwasanya hewan hanyalah makhluk hidup yang memikirkan diri sendiri, namun belajar dari tingkah laku penguin, maka seketika anggapan para evolusioner tadi dapat teruntuhkan.

Bagi sepasang hewan, menjaga telurnya hingga menetas dalam keadaan sulit di musim dingin membutuhkan pengorbanan yang tak terkira. Dibutuhkan kerjasama serta komitmen antar hewan betina dan jantan. Penguin betina dan penguin jantan adalah sepasang hewan yang memiliki komitmen tinggi dalam memelihara calon anak mereka. Hewan yang biasa berenang di laut es atau meluncur dengan menggunakan perutnya ini harus menempuh perjalanan yang berjarak lebih dari ratusan kilometer. Di mana tujuannya adalah tempat yang aman untuk menetaskan telur-telur mereka. Perjalanan melelahkan tersebut boleh jadi di luar pemikiran manusia. Pada musim dingin yang suhunya dapat mencapai -50 derajat celcius, sang induk harus meletakkan telur hasil tetasannya. Telur tersebut lantas diserahkan kepada pingun jantan agar mereka menjaganya sampai menetas, setelah itu penguin betina akan segera kembali ke laut. Di sinilah perjuangan luar biasa akan dimulai.

Pada musim dingin, angin berkecepatan seratus kilometer per jam selalu menerbangkan es dan salju, pinguin jantan harus menjaga telur-telur tadi selama empat bulan lamanya, sebab induknya berlindung di dalam laut. Dalam kurun waktu yang tidak sebentar itu, telur yang baru saja diamanahkan oleh penguin betina akan selalu dijaga penuh oleh penguin jantan, karena bila telurnya jatuh di atas es, seketika telur tersebut dapat membeku. Mereka akan selalu berdiri dan tak pernah meletakkan telurnya barang sesaat pun. Selama empat bulan itu pula para penguin jantan saling merapatkan tubuh untuk berlindung dari angin yang  dapat membekukan, sehingga suhu tubuh mereka tetap tinggi dan dapat bertahan hidup sampai musim dingin berakhir.

Di akhir  penantian dalam keadaan yang sulit tersebut, musim semi datang kembali. Di musim itu telur-telur telah menetas dan anak-anak penguin untuk pertama kalinya dapat menyapa dunia, namun karena lapisan lemak pada anak penguin yang akan melindungi dari dingin belum terbentuk, maka mereka akan berlindung di kaki ayahnya. Makanan pertama anak penguin pun berasal dari susu yang disimpan di tembolok penguin jantan. Selama empat bulan itulah mereka berpuasa demi anak-anak mereka. Masyaa Allah, sungguh pengorbanan yang luar biasa.

Tidak lama setelah musim dingin berakhir, penguin betina kembali ke daratan untuk menemui anak-anak mereka yang  baru saja menetas dari telurnya. Sama halnya dengan penguin jantan, selama empat bulan di laut, para betina tadi juga melakukan pengorbanan dengan memburu makanan dan menyimpan di tembolok mereka untuk anak-anaknya yang baru saja menetas. Di sinilah pembelajaran kerjasama antar pasangan penguin begitu nyata terlihat. Setelah penguin betina datang, penguin jantan pun segera bergegas ke laut untuk bergantian mencari makan dan menyimpannya bagi anak-anak mereka. Seiring berjalannya waktu, penguin muda pun tumbuh besar dan memungkinkan mereka untuk pergi bersama.

Penguin jantan menahan lapar selama empat bulan, mereka terus berdiri tanpa meninggalkan telur barang sesaat pun. Dari kisah ini, sungguh kita tengah dihadapkan pada nilai pengorbanan yang luar biasa dan hal itu dilakukan oleh seekor hewan. Bagi orang-orang yang mau berpikir, tentu tingkah laku penguin ini mencerminkan nilai kasih sayang dan pengorbanan yang patut kita renungkan. Maha Besar Allah dengan segala  kesempurnaan ciptaan–Nya. Sungguh tiada suatu pun yang sanggup mengilhamkan rasa kasih sayang dan pengorbanan pada makhluk seperti penguin ini selain Sang Rahman-Allah Swt.

Allah yang telah menuliskan kekuasaan-Nya di dalam sebuah surat Huud ayat enam: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semunya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”

Semoga setiap jejak dan tindak tanduk makhluk-Nya dapat memberikan nilai pembelajaran yang bermakna bagi kehidupan kita.

Aamiin.

-Atsabita-

*http://www.fimadani.com/pengorbanan-dan-kasih-sayang-seekor-penguin/

Berlangganan Artikel Via Email:

0 Response to " Memetik Nilai Pengorbanan dari Seekor Penguin"

Posting Komentar